BAB I
PENDAHULUAN
Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang
masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat
melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di
Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan
kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan
perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda
Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga ini merupakan proses yang
disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak
anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
Pemuda dalam pengertian adalah manusia-manusia
muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan adanya program pembinaan
generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti. Dilihat
dari segi budaya atau fungsionalnya maka dikenal istilah anak, remaja dan
dewasa, dengan perincian sebagia berikut :
Golongan anak : 0 – 12 tahun
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Usia 0-18 tahun adalah merupakan sumber daya
manusia muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang telah memiliki kematangan pribadi
dan 18(21) tahun adalah usia yang telah diperbolehkan untuk menjadi pegawai
baik pemerintah maupun swasta.
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di
bangku sekolah
Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di
perguruan tinggi dan akademi
Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun
perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda
sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan menjadi dua yaitu:
Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan
diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan
sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati tradisi yang berlaku
Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Peran pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu
: pertama jenis pemuda “pembangkit” mereka adalah pengurai atu pembuka
kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah
masyarakat dan kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal. Mereka
tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi
hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tidnakan
menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda
radikal. Mereka berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan
lewat cara-cara radikal, revolusioner.
Pemuda adalah jiwa seorang insan manusia yang
memiliki ketangguhan dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan
renovasi peradaban bangsanya menuju arah yang lebih baik. Dengan kecerdasan
intelektualnya, dia dapat melihat segala bentuk permasalahan secara menyeluruh
sehingga sering muncul ide-ide brilian sebagai solusi dari permasalahan yang
ada.
Sebagaimana sebuah pepatah bahasa Arab,
‘Kebangkitan sebuah bangsa terletak pada telapak tangan para pemuda-pemudanya’.
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses
seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang
meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat
dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian
sosialisasi menurut para ahli
Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu
individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan
berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang
menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya
sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang
menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya
sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan
kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan
terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian,
tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi,
seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum
tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah
satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan
sistem sosial. Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan
lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang
mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu,
sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya.
Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan
kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi,
merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang
lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan
“aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula
timbulnya kedirian :
Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan
dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan
memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak
dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian
yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia
lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini
berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka
sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga,
tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan
sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang uraian di
atas maka kami akan mengambil judul Pemuda dan Sosialisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan
terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian,
tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi,
seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum
tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan
salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya
dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh
susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan
inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa
individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok
melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi
melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu
prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang
adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri
membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang
sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan
dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan
memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak
dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian
yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia
lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini
berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka
sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga,
tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan
sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Proses sosialisasi juga adalah proses
pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas sosial atau kesetiaan sosial
adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan saling memberi kearah ang
lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan kesetiaan sosial ini
adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu setia sesamanya. Di dalam
kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini berkembang, sebagai dasar
kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata lain kesetianan sosial
berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga kelompok yang lebih luas.
Ada minimal tiga hal yang harus dilakukan agar
tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini yakni :
Pertama kita harus saling berkomunikasi baik
dalam keadaan berdekatan ataupun dalam keadaan berjauhan (tempat tinggal).
Dengan komunikasi yang teratur kita akan saling mengetahui kabar dan berita di
antara kita. Sakit atau senang diantara kita dapat dengan cepat kita
mengetahuinya.
Kedua, sering bekerja sama menyelesaikan
berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong royang atau melakukan arisan.
Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok kecil(minimal dua orang) atau
pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah anggotanya banyak).
Ketiga, dalam kehidupan atau pergaulan sesama
kita, sikap tolong menolong harus dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang
kita alami pantas kita minta tolong kepada orang lain atau teman. Begitu pula
sebaliknya bila kawan kita yang mengalami kesusahan wajib pula kita
membantunya. Tentu saja dasarnya adalah suka saling menerima dan memberi.
Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang
dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap
persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan,
ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk
untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang
diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata tersebut juga belum
dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna
kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya dengan kenyataan yang
dialaminya.
Tahap
meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan:
Semakin sempurnanya seorang anak menirukan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
Mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan
siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan
seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain,
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk
pada tahap ini.
Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan
banyak orang. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap
penting bagi pembentukan dan pertahanan diri, yakni dari mana anak menyerap
norma dan nilai (Significant other).
Tahap
siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang
dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap
ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu
mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan
yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan
dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa.
Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan
kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa
menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain
yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada
tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Tujuan Pokok Sosialisasi
Individu harus diberi ilmu pengetahuan
(keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
Individu harus mampu berkomunikasi secara
efektif dan mengembangkan kemampuannya.
Pengendalian fungsi-fungsi organic yang
dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau
tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan
pada masyarakat umumnya.
Peranan
Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara
Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi
muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan
dapat dijadikan contoh untuk generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat
ini.
Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata
perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah
proklamasi pemuda Indonesia membentuk organisasi yang bersifat politik maupun
militer, diantaranya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan
oleh mahasiswa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan
baru yang kemudian dikenal dengan nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai
generasi muda, berarti menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu
pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
Agent of change
Agent of development
Agent of modernization
Sebagai agent of change, mahasiswa bertugas
untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang
lebih baik. Sedangkan agent of development, mahasiswa bertugas untuk
melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non
fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas dan bertindak sebagai
pelopor dalam pembahruan.
Pengembangan
Potensi Generasi Muda
Generasi muda memiliki peranan penting dalam
memajukan dan meningkatkan pembangunan. Begitu banyak potensi yang dimiliki
oleh generasi muda, mereka mampu berkarya dan berekspresi dengan bebas ,tetapi
masih dalam lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan. Pengembangan
potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat
mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat
mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga
lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.
Generasi muda dapat mengembangkan potensi mereka
melalui hoby atau kesenangan masing-masing, contohnya jika anak menyukai musik
maka ia bisa mengembangkan potensinya dengan membuat sebuah band atau mengikuti
kursus bermain musik sehingga potensi anak tersebut redup tanpa ada
perkembangan.
Potensi generasi muda juga dapat membangun rasa
bangga pada diri sendiri. Keluarga dan negara juga merasa bangga atas potensi
yang dimiliki oleh anggota keluarga atau sebagai masyarakat. Tapi bagaimana
jika generasi muda saat ini mengisi hari mereka dengan hanya menghabiskan uang
orang tua dengan membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan, Sex di
luar nikah, penyalahgunaan obat narkotika tak dapat dihindari, mabuk-mabukan
(minum-minuman keras), dan masih banyak lagi hal-hal lain yang sangat
menyedihkan. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan orang tua dapat
mengarahkan sejak dini kemana arah yang paling tepat dan baik untuk
perkembangan anak mereka sehingga generasi muda dapat memiliki potensi yang
sangat berguna bagi nusa dan bangsa.
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya
adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong,
dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba
menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang,
dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
Masalah-Masalah
Generasi Muda
Generasi muda dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan yang perlu diupayakan
penanggulangannya dengan melibatkan semua pihak. Permasalahan umum yang
dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini antara lain sebagai berikut
:
Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan
nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda
terhadap masa depannya.
Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda
dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya
jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi
juga merugikan bangsa.
Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi
muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat
kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan
berbagai problem sosial lainnya.
Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan
kecerdasan, dan pertumbuhan.
Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif
lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang
menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture)
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental
generasi muda.
Masih merajalelanya kenakalan remaja dan
permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut akan berkembang seiring dengan
perkembangan jaman apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua pihak
termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA .
Faktor
Penyebab Permasalahan Pemuda
Kurang dalam mengendalikan diri
Dalam hal ini kita melibatkan keluarga karena
keluarga merupakan tempat awal seorang remaja membentuk karakter . Disini peran
orang tua sangat mempengaruhi perkembangan remaja dalam mengendalikan diri ,
orang tua bukan hanya memberikan penjelasan tentang nilai sosial (baik buruknya
suatu perbuatan) tapi juga memberikan suatu contoh perbuatan yang dapat
dicontoh oleh remaja tersebut sehingga ketika remaja sudah berada dilingkup
sosial yang lebih luas contohnya masyarakat , remaja tersebut akan terbiasa
melakukan sama seperti apa yang dicontohkan oleh orang tuanya .
Kurang masa bersama keluarga
Meluangkan waktu sejenak untuk berkumpul bersama
keluarga merupakan hal kecil yang mempengaruhi perkembangan remaja diluar
karena pada saat seperti inilah masing-masing anggota keluarga menceritakan
masalah kepada orang tua atau orang yang lebih tua didalam keluarga tersebut
demi mendapat sebuah solusi yang benar . Karena banyak faktor remaja melakukan
hal negatif adalah karena jarangnya meluangkan waktu untuk berkumpul bersama
keluarga dengan alasan orang tua bekerja dan sibuk dengan urusan lain, jika didiamkan
begitu saja remaja tidak mendapat teman untuk menceritakan masalah yang
dihadapinya sehingga remaja mencari jalan keluarnya sendiri yang menurutnya
benar dan tak jarang dari keputusan itulah dapat mengorbankan orang lain .
Masalah ekonomi keluarga
Keluarga miskin mungkin tidak memiliki kemampuan
untuk menyediakan pendidikan sempurna kepada anak. Makanan dan minuman , tempat
kediaman serta kesehatan yang memadai. Faktor inilah yang mendorong remaja
untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya atau mencuri milik orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya dan hal ini akan terus meningkat ke arah yang lebih
ekstrim jika dibiarkan seperti menghilangkan nyawa orang lain demi suatu hal
yang diinginkannya .
Usaha Menanggulangi Permasalahan Pemuda
Cara yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu orang tua harus sering menasehati, memberi
bimbingan, dan memberi pengarahan kepada anaknya agar menjadi pemuda yang mudah
bersosialisasi dan bisa hidup mandiri tanpa upaya dan dana orang tuanya. Hal
ini bergantung pada diri pemuda itu sendiri. Jika menurut mereka nasehat
tersebut dapat membantu untuk mengatasi permasalahannya, maka mereka akan
melakukannya. Dan jika mereka tidak membutuhkan nasehat, maka mereka tidak akan
melakukannya. Tetapi pemuda yang baik adalah pemuda yang selalu mendengarkan
nasehat – nasehat yang baik dari orang tuanya.
Setelah memberi tanggapan untuk mengatasi
permasalahan.pemuda dalam generasi nasional, diharapkan pemuda – pemuda dapat
meningkatkan sikap kedewasaannya dalam hal ekonomi dan psikologi. Masyarakat
pun akan bangga. Begitu pun bagi orang tua, akan merasa bangga. Karena mereka
memiliki anak yang baik dan bisa diandalkan sebagai penerus bangsa. Dan semoga
hal ini lebih baik lagi di masa mendatang.
Perguruan
dan Pendidikan
Arti penting dari pendidikan adalah sebagai
upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia, sebagai prasarat utama
dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara ‘self
propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi
minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam
pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh prototipe
dalam hubungan ini.
Masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan
formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Dan untuk itu
diperlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam menangani masalah
pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknya jumlah
pencari kerja, “Under utilized population”, kurangnya semangat kewiraswastaan,
merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Sebab hal itu semua akan berarti belum
terlepasnya Indonesia dari belenggu keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana
diharapkan pendidikan yang dapat mengembangkan semangat “inner will peningkatan
kemampuan diri dan bangsa” yang terpencar dalam pembangunan pendidikan mental,
intelektuan dan profesional bagi seluruh penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka pendidikan nasional
yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut
Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjadi
pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan membina ketahanan hidup
bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui
pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan diri dari
belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui suatu alternatif pembangunan
yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara lain bercirikan
perubahan yang berkesinambungan.
Untuk itu maka diperlukan adanya
perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut persepsi,
konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita
bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya pemerintah telah cukup berhasil
dalam menegakkan landasan-landasan ideal serta landasan koseptual terhadap
pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan nasional yang tepat arah dan
tepat guna.
POTENSI-POTENSI
GENERASI MUDA
Potensi-potensi yang ada pada generasi muda
perlu dikembangkan adalah :
a) Idealisme dan daya kritis
b) Dinamika dan kreatifitas
c) Keberanian mengambil resiko
d) Optimis kegairahan semangat
e) Sikap kemandirian dan disiplin murni
f) Terdidik
g) Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h) Patriotisme dan nasionalisme
i) Sikap kesatria
a) Idealisme dan daya kritis
b) Dinamika dan kreatifitas
c) Keberanian mengambil resiko
d) Optimis kegairahan semangat
e) Sikap kemandirian dan disiplin murni
f) Terdidik
g) Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h) Patriotisme dan nasionalisme
i) Sikap kesatria
TUJUAN
POKOK SOSIALISASI
• Individu harus diberi ilmu pengetahuan
(keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
pendapat: menurut saya, sosialisasi adalah
sebuah proses dimana kita mengenal dunia luar dan cara kita untuk beperilaku di
masyarakat yang mencakup nilai dan norma-norma sosial, serta sopan sopan
santun. agar kita bisa di terima oleha masyarakat dengan baik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan pokok sosialisasi adalah individu harus
diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di
masyarakat, individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya, pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui
latihan-latihan mawas diri yang tepat, dan bertingkah laku secara selaras
dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau
kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
Peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat
adalah sebagai agent of change, agent of development, dan agent of
modernization.
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda
yang perlu dikembangkan adalah idealisme dan daya kritis, dinamika dan
kreativitas, dan keberanian mengambil resiko.
Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak
berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang
dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi
sesuai minat masing-masing anak.
DAFTAR PUSTAKA :
https://fauzanbrs94.wordpress.com/2015/11/24/makalah-ilmu-sosial-dasar-pemuda-dan-sosialisasi/.
13/01/2017.
http://pemuda-dan-sosialisasi.blogspot.co.id/.
13/01/2017.
Demikian tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas
Softskill Ilmu Sosial Dasar
NAMA : YUDHA MAHENDRA
DOSEN : EDI FAKHRI, SS., M.SOS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar